REJEKI YANG "BAROKAH"
Setiap manungso yang beriman pasti menginginkan Rejeki yang Barokah dan
mBarokahi... Kata Barokah ini sudah tidak asing di telinga kita,
apalagi bagi sampeyan yang seneng Blusukan dari pasar ke pasar...Label
Barokah ini banyak nangkring di segala usaha, dari warteg, mie ayam,
warung soto, sampe ke pengepul barang rongsokan...Nama Barokah dijadiken
Label usahanya....
Lantas Barokah itu yang begimana tow...apa cuman sebagai Cap usaha atau hamya sekedar pengharapan ..?
Miturut weling dari Guru simbah.....bahwa Rejeki yang Barokah itu manakala memenuhi salah satu dari 3 ciri :
1. Bermanfaat bagi banyak makhluk.
2. Tidak berkurang manakala dimanfaatkan.
3. Jumlahnya bertambah manakala dimanfaatkan.
Jika kita pingin mendapat rejeki yang barokah, maka syarat pertama
adalah rejeki tersebut harus bisa dimanfaatkan oleh banyak orang, bahkan
banyak makhluk. Untuk mencapai tujuan ini maka kita harus mau berbagi.
Manakala si empunya rejeki merupakan menungso kikir, bakhil,uthil,
medhit, pelit, atau dalam bahasa masa kecil simbah biasa
disebut"Ngguthil", maka…. nggak usah mengharap rejekinya barokah.
Akal Sehat manusia yang ternyata Sakit.... pasti berpikir,
“Lha kalo rejeki tak bagi-bagi, nanti bagian saya kan berkurang. Bisa
jadi miskin nantinya saya. Berbagi itu kan kalo duitnya turah mblasah.
Hla wong duit ngupret sak upret kok disuruh mbagi..... Hla kok le
ngimut....”
Lha kalo sudah mikir begitu, itu namanya kemakan sama
gambusan dan gabrulannya mbah Iblis laknat. Sebagemana sudah
dipituturkan sama Sang Murbeng Jagad :
“Syaithon itu menjanjikan
kefakiran buat kalian dan memerintahkan kalian untuk berbuat keji.
Sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya. Allah Maha Luas dan
Maha Mengetahui.” (Al Baqoroh:268)
Percaya ndak percaya bahwa
Rejeki yang Barokah itu manakala seberapapun rejeki yg kita terima, kita
mau menyisihkan untuk sedekah, hla sedekah dari rejeki kita itulah yg
Insyaalloh jadi benteng pertahanan hidup dan merupakan cicilan kita
untuk mbangun tempat di surga-Nya kelak...pun juga akan membentengi
keluarga sampeyan dari segala kesulitan.......
Seorang konco Sekolah dulu waktu sekolah jaman SMA cuma disangoni seribu ripis. Buat dia, utnuk makan saja gak maregi.
Waktu diminta sedekahnya dia beralasan, “Ha wong buat makan saja gak
wareg kok dijaluki sedekah, sampeyan ki opo gak mikir..?” katanya.
Sama konco simbah yang lain dijawab, “Sing pekok ki awakmu. Ha wong
jelas sewu gak wareg, mestinya kalo disedekahkan satus lak yo juga gak
wareg. Sama-sama gak waregnya, tapi yang satu kan bisa sedekah satus.
Makanya sedekahkan gak ketang satus. Mudah-mudahan yang sembilan ratus
bisa mbikin wareg…”
Simbah pikir itu solusi cerdas. Jadi kalo
sampe saat ini sampeyan masih berpikir rejeki itu berkurang dengan
berbagi, maka berarti sampeyan masih berpikir bahwa rejeki itu hanya
duit. Padahal tidak begitu. Memang kalo diitungh pakek kalkulator.. jika
duit itu dibagi, maka akan berkurang.
Tapi berkurangnya duit karena
berbagi itu bisa saja mendatangkan rejeki yang lain yang nilainya lebih
besar dari sekedar besaran angka duit. Dan inilah yang namanya barokah.
Hanya saja dengan sifat individuil dan rakusnya manusia jaman sekarang,
setiap dia mendapat rejeki, selalu yang terpikir dalam dirinya ingin
memanfaatkan rejeki itu sebatas untuk dirinya sendiri. Maka ini
membatasi kemanfaatan rejeki tersebut. Dan sudah pasti rejeki model
begini ini tercabut barokahnya.
Siapkah kita berbagi rejeki?
Segala macam rejeki? Uang, ilmu, teman, waktu, tenaga, pikiran, …. dlsb,
semuanya adalah rejeki yang bisa kita bagi dengan orang lain....
Mangka sisihkanlah walau sak uprit rejeki kita....untuk mendatangkan rejeki yang jumlahnya berlipet-lipet.....
( Tubikontinyu.... )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar