MANGPA'AT BERDAKWAH.......
Sengcara garis besar kita dah paham bila berdakwah itu adalah mengajarkan/menunjukkan/menceritakan/memahamkan
dan apapun istilahnya yang pokoknya mengajak kebaikan pada seseorang
atau sekelompok orang..baik di mangjelis taklim ataupun di kumpulan
orang thongkrong di pinggir jalan....
Sebut saja si Abah Mlumah bin Ngganjeli, dia sering berdakwah di komunitas pengajian-pengajiannya..ketika dia dia jak berdakwah pada komunitas orang2 Kapir..dia selalu berkilah dengan tolakan yag alus......
" Wah mas....percuma ndakwahi wong wong Kapir kae....hla wong di dalam
Kitabullah saja sudah mengataken sebagai berikut...(gentian simbah malah
di dakwahi..)...
.“Sesungguhnya orang-orang kafir itu sama saja
buat mereka, apakah engkau beri peringatan mereka ataukah tidak engkau
beri peringatan, tidaklah mereka akan beriman.” (Surat Al Baqoroh ayat
6) ...jadi percuma nek saya Nrocos mbuang-mbuang energi ndakwahi
mereka....percuma mass.....!!!.....sambil mlengos karo nyulet udud sing
kari separo.....
Muncul pertanyaan, lantas apakah lalu
orang-orang kapir itu gak usah didakwahi saja? Ha wong didakwahi,
diingatkan, dikasih tahu ataupun tidak ya mbelgedhes gak berubah sama
sekali. Diomongi sampai bibir jontor akhirnya toh juga gak jadi baik.
Lantas bagaimana kaitannya ayat itu dengan seruan buat berdakwah?
Sebagaimana sudah diketahui bahwa, setelah turunnya ayat tersebut,
Kanjeng Nabi Muhammad saw masih tetap berdakwah kepada orang-orang
kepir, dan bahkan meskipun beliau tahu bahwa orang-orang kepir itu gak
bakal beriman.
Tentu saja kenyataan ini seharusnya menjadi bahan
pembelajaran buat kita. Kalau berdakwah, memberi peringatan, menasehati
dan ngomongi orang yang akhirnya sudah diketahui gak bakalan berubah,
lantas kemanfaatan dakwah itu sebenarnya buat siapa?
Inilah yang
tidak disadari oleh para pendakwah. Para pendakwah merasa bahwa
kemanfaatan dakwah adalah buat yang didakwahi dan yang diajak untuk
menjadi baik dan beriman itu. Dengan demikian manakala yang diajak itu
menunjukkan gejala penolakan, apalagi penolakannya brutal wal
Mbandhel..., maka yang ada adalah sikap meninggalkan dan merasa kalo
mereka itu ndak patut dan angel kandanane ...
“Yo wis, gak mau ya gak papa. Sak karepmu....resiko ditanggung penumpang,,,!!"
Padahal si pendakwah sebenarnya tahu, hal yang dia lakukan itu tak
pernah dilakukan oleh pendahulunya, yakni Nabi Muhammad saw dan para dai
awal rodiyallohu anhum. Meskipun beliau-beliau itu tahu, bahwa si
orang-orang kepir itu gak bakalan iman bagaimanapun juga, toh dakwah
jalan terus kepada orang yang itu-itu juga. Apa maknanya?
Maknanya, sebenarnya hakikat kebaikan dan kemanfaatan dakwah itu yang
pasti adalah buat si pendakwah. Sedangkan kalo buat yang didakwahi, bisa
jadi dia beroleh manfaat manakala menyambut kebaikan yang ditawarkan,
boleh jadi juga dia tak beroleh manfaat apa-apa manakala menolak.
Ibaratnya seorang petinju Ceking Pungkring, otot kawat balungan thok,
yang bercita-cita pingin jadi petinju Nggothot, methekol dan pating
plenthuk otot-ototnya, maka dia latihan ngamplengi, nonjoki, mukuli,
nggajuli sandsack alias kantong pasir. Lha yang namanya kantong pasir,
meskipun kembola-kembali dipukuli, digajuli, dikoploki, dikabruki dan
ditonyo, tetep saja dia kantong pasir. Gak bakalan berubah jadi Mike
Tyson atawa Crist Jhon...
Namun coba lihat si Ceking Pungkring yang
mukuli dan nonjoki tadii..!! Yang tadinya Badane sak biting...igone
mencothot alias kurus kering, nggambang balung iganya kayak kulintang,
otot gak mbejaji karena gak mbentuk babar blas, karena rajin mukuli
sandsack itu, berubah menjadi petinju yang ototnya kuat, balungannya
kokoh, gak gampang patah tulang, kuda-kudanya mantabhs dan gak gampang
ambruk...
Jika kita sadari...sebenarnya mangpaat yang berlipet
itu ternyata jatuh pada diri pendakwah sendiri...omongannya smakin
mangtap..wawasannya smakin luas...ayat-ayat yg disampekan smakin fasih
di lidah....dan smakin nampak bobot aura disandangnya...
Hikmah
yang lain dengan kesabaran dalam berdakwah itu adalah, kita gak ada
yang tahu, apakah orang yang kita ajak itu memang orang yang sebagaimana
disebutkan Al Qur’an itu atau tidak. Boleh jadi orang yang didakwahi
itu baru mau ngikut jadi baik setelah kita dakwahi sepuluh kali. Padahal
kita baru ngajak lima kali. Lha kalo setelah ngajak sepuluh kali
ternyata masih belum mau, yakinlah boleh jadi setelah sebelas kali dia
baru mau. Begitu seterusnya....
Ndak perlu minder dengan ,
penolakan, ejekan, bantahan, cemoohan dan lontaran kasar malahan itu
semakin menjadikan hati kita sekuat baja, seteguh batu karang dan
sekokoh gunung yang menancap di kaki langit. Dan menjadikan wawasan
kitamenjadi makin luas, ilmu jadi bertambah, kepahaman meningkat dan
ketajaman berpikir kita terasah.
Dengan demikian, si pendakwah
selalu optimis, bahwa pada ajakan dan dakwah kita yang ke sekian, orang
ini akan mau diajak dalam kebaikan dan kebenaran......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar