Kamis, 14 Februari 2013

REJEKI YANG "BAROKAH"


Setiap manungso yang beriman pasti menginginkan Rejeki yang Barokah dan mBarokahi... Kata Barokah ini sudah tidak asing di telinga kita, apalagi bagi sampeyan yang seneng Blusukan dari pasar ke pasar...Label Barokah ini banyak nangkring di segala usaha, dari warteg, mie ayam, warung soto, sampe ke pengepul barang rongsokan...Nama Barokah dijadiken Label usahanya....
Lantas Barokah itu yang begimana tow...apa cuman sebagai Cap usaha atau hamya sekedar pengharapan ..?
Miturut weling dari Guru simbah.....bahwa Rejeki yang Barokah itu manakala memenuhi salah satu dari 3 ciri :
1. Bermanfaat bagi banyak makhluk.
2. Tidak berkurang manakala dimanfaatkan.
3. Jumlahnya bertambah manakala dimanfaatkan.

Jika kita pingin mendapat rejeki yang barokah, maka syarat pertama adalah rejeki tersebut harus bisa dimanfaatkan oleh banyak orang, bahkan banyak makhluk. Untuk mencapai tujuan ini maka kita harus mau berbagi. Manakala si empunya rejeki merupakan menungso kikir, bakhil,uthil, medhit, pelit, atau dalam bahasa masa kecil simbah biasa disebut"Ngguthil", maka…. nggak usah mengharap rejekinya barokah.
Akal Sehat manusia yang ternyata Sakit.... pasti berpikir,
“Lha kalo rejeki tak bagi-bagi, nanti bagian saya kan berkurang. Bisa jadi miskin nantinya saya. Berbagi itu kan kalo duitnya turah mblasah. Hla wong duit ngupret sak upret kok disuruh mbagi..... Hla kok le ngimut....”
Lha kalo sudah mikir begitu, itu namanya kemakan sama gambusan dan gabrulannya mbah Iblis laknat. Sebagemana sudah dipituturkan sama Sang Murbeng Jagad :
“Syaithon itu menjanjikan kefakiran buat kalian dan memerintahkan kalian untuk berbuat keji. Sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya. Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui.” (Al Baqoroh:268)

Percaya ndak percaya bahwa Rejeki yang Barokah itu manakala seberapapun rejeki yg kita terima, kita mau menyisihkan untuk sedekah, hla sedekah dari rejeki kita itulah yg Insyaalloh jadi benteng pertahanan hidup dan merupakan cicilan kita untuk mbangun tempat di surga-Nya kelak...pun juga akan membentengi keluarga sampeyan dari segala kesulitan.......
Seorang konco Sekolah dulu waktu sekolah jaman SMA cuma disangoni seribu ripis. Buat dia, utnuk makan saja gak maregi.
Waktu diminta sedekahnya dia beralasan, “Ha wong buat makan saja gak wareg kok dijaluki sedekah, sampeyan ki opo gak mikir..?” katanya.

Sama konco simbah yang lain dijawab, “Sing pekok ki awakmu. Ha wong jelas sewu gak wareg, mestinya kalo disedekahkan satus lak yo juga gak wareg. Sama-sama gak waregnya, tapi yang satu kan bisa sedekah satus. Makanya sedekahkan gak ketang satus. Mudah-mudahan yang sembilan ratus bisa mbikin wareg…”

Simbah pikir itu solusi cerdas. Jadi kalo sampe saat ini sampeyan masih berpikir rejeki itu berkurang dengan berbagi, maka berarti sampeyan masih berpikir bahwa rejeki itu hanya duit. Padahal tidak begitu. Memang kalo diitungh pakek kalkulator.. jika duit itu dibagi, maka akan berkurang.
Tapi berkurangnya duit karena berbagi itu bisa saja mendatangkan rejeki yang lain yang nilainya lebih besar dari sekedar besaran angka duit. Dan inilah yang namanya barokah.

Hanya saja dengan sifat individuil dan rakusnya manusia jaman sekarang, setiap dia mendapat rejeki, selalu yang terpikir dalam dirinya ingin memanfaatkan rejeki itu sebatas untuk dirinya sendiri. Maka ini membatasi kemanfaatan rejeki tersebut. Dan sudah pasti rejeki model begini ini tercabut barokahnya.

Siapkah kita berbagi rejeki? Segala macam rejeki? Uang, ilmu, teman, waktu, tenaga, pikiran, …. dlsb, semuanya adalah rejeki yang bisa kita bagi dengan orang lain....
Mangka sisihkanlah walau sak uprit rejeki kita....untuk mendatangkan rejeki yang jumlahnya berlipet-lipet.....

( Tubikontinyu.... )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar